Navigation Menu

Trend Pemilihan Duta Wisata

Pemilihan Kakang-Mbakyu Trenggalek sebuah ajang yang bukan tanpa tujuan. Salah satu tujuannya yaitu memberikan citra kebudayaan serta kepariwisataan dan mendorong laju industri pariwisata. Namun disisi lain, Pemilihan Duta Wisata hanya dianggap sebagai atraksi wisata yang bertujuan sekedar sebagai kontes penampilan atau pajangan saja. Benarkah?

Foto : Dokumen Pribadi

Sarana Pengembangan Potensi

Prosesi Pemilihan Duta Wisata tidaklah sederhana. Prosesinya mirip dengan Pemilihan Putri Indonesia atau Miss Indonesia. Semua peserta yang telah lolos seleksi mendapat pembinaan dan pembekalan dari panitia di salah satu hotel. Istilah yang paling sering dipakai yaitu masa karantina.

Disini,semua peserta (generasi muda) disiapkan untuk menjadi pribadi profesional dalam pembangunan sektor pariwisata. Generasi muda sebagai bagian dari komunitas pariwisata diarahkan untuk mampu mengenalkan dan mempromosikan obyek dan daya tarik wisata.

Disamping itu, juga diberikan pengetahuan tentang public relations, etika kepribadian atau dasar etiket, narkoba, bahasa asing, wawasan kebangsaan, kebudayaan dan pariwisata serta peningkatan kemampuan dan kepercayaan diri (self development). Yang tidak kalah penting adalah pengetahuan tentang produk unggulan daerah setempat dan cara menjadi pemandu wisata atau duta wisata.

Harapan besarnya adalah bisa ikut serta meningkatkan kualitas SDM para generasi muda. Sebab, jika suatu daerah dinyatakan kaya SDA tetapi sangat rendah kualitas SDM-nya, masyarakat di daerah itu belum tentu sejahtera. Perpaduan antara kreativitas manusia dan SDA yang memadai akan dapat mewujudkan kesejahteraan manusia. Bahkan jika suatu daerah tidak cukup tersedia SDA, seperti migas, hasil pertanian atau industri manufacturing, maka pariwisata bisa menjadi sektor alternatif andalan dalam pembangunan. Itu pun perlu didukung SDM yang berkualitas dalam hal ini generasi-generasi muda duta wisata yang peduli terhadap pariwisata.

Jadi, Pemilihan Duta Wisata adalah atraksi wisata yang bertujuan melestarikan kebudayaan daerah setempat sekaligus sarana pengembangan potensi bakat, kreativitas dan kecerdasan para generasi muda. Bukan sekedar ajang memajang duta-duta wisatanya.


Penampilan Elemen Pendukung

Motto Brain, Beauty, Behaviour and Brave memiliki tolok ukur dan kriteria tersendiri dalam ajang ini. Keempat faktor yang kuat disuarakan menjadi persyaratan seorang role model diajang ini adalah to be brainy, beautiful dan well behave.

Makna kecantikan (beauty) itu sendiri sangat relatif. Seseorang tidak mungkin mempunyai kecantikan yang sejati bila tidak keluar dari dalam dirinya. Sehingga kepribadian yang kuat akan mendukung seseorang untuk disebut berpenampilan menarik. Bila daya tarik fisik tersebut didukung pula oleh strong personality, maka karakter yang kuat terwujud untuk menjadikan seseorang berperilaku yang baik (good behaviour).

Imbasnya, budaya mengagungkan dan menomorsatukan penampilan diharapkan justru bisa terkikis lewat ajang ini. Kecantikan (baca: penampilan) di zaman modern ini memang masih kuat ditempatkan sebagai yang utama. Padahal penampilan haruslah dijadikan elemen pendukung. Bukan kekuatan utama. IQ dan soft skill atau EQ-lah yang pantas disebut kekuatan utama untuk sukses diera saat ini.

Dalam perkembangannya IQ haruslah menjadi elemen pendukung EQ. Karena sekarang ini banyak orang yang memiliki tingkat intelegensi tinggi justru tidak pandai menempatkan dirinya secara tepat ketika berada ditengah banyak orang.

Sayangnya, tidak mudah untuk mengukur tingkat behaviour (kepribadian) dan attitude seseorang dalam waktu relatif singkat. Inilah yang menjadi kelemahan dari ajang pemilihan ini. Sehingga seringkali sebagai pelarian adalah point penampilan yang dilirik.

Berbeda dengan pemilihan tingkat provinsi yaitu Pemilihan Raka-Raki Jawa Timur, misalnya. Dari yang penulis perhatikan, sebenarnya Raka-Raki lebih pantas disebut sebagai kontes personality (bukan kontes adu tingkat intelegensi atau penampilan). Siapa yang memiliki kepribadian dan karakter kuatlah yang bisanya akan menjadi favorit unggulan juri. Lantas, dimana standar baku untuk menentukan penilaian diajang pemilihan ini?

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, ajang pemilihan ini hanya dinilai dari pengetahuan dan kematangan secara personal dan bukan sosial. Seharusnya juara dari kegiatan ini adalah orang yang sedikit banyak telah berbuat untuk kemajuan kabupaten atau kota kelahirannya. Dampaknya, generasi muda baik ditingkat SLTP atau SLTA terpacu untuk menyumbangkan pemikirannya dalam upaya memajukan pariwisata atau berarti bagi kabupaten atau kota kelahirannya sejak dini.

Kedua, diperlukan dewan juri yang kompeten yang mampu menangkap inner beauty seseorang sehingga bisa dipastikan juaranya adalah orang yang mempunyai knowledge, skill dan attitude yang baik dan bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, dukungan pemerintah daerah dan media, mengingat pariwisata sebagai mesin penggerak dalam penciptaan tenaga kerja pada abad ke-21 dan mempunyai energi dobrak yang kuar biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya. (Dawid J.de Villiers 1999 ; Salah Wahab 1999). Pariwisata juga telah mendorong tumbuhnya berbagai industri penunjang seperti; transportasi (biro perjalanan) , akomodasi, restoran, pengusaha cinderamata dan berbagai industri sampingan lainnya. Akhirnya, trend beauty pageant contest atau pemilihan duta wisata akan semakin mendapatkan maknanya dan selempang duta wisata semakin menemukan artinya.

0 comments: