Bahasa Inggris Menyongsong MEA 2015
Published On
9/08/2015
By
kang yogie
If your plan is for a year,
plant rice. If your plan is for a decade, plant trees. If your plan is for a
lifetime, educate children. (Confucius).
|
Foto : Dokumen pribadi |
Jika rencana kita
untuk satu tahun, tanamlah padi. Jika rencana kita untuk sepuluh tahun kedepan,
tanamlah pohon. Jika rencana kita untuk seumur hidup kita, didiklah anak kita. Kutipan diatas memberikan inspirasi kepada
kita bahwa menyekolahkan anak akan menjadi investasi sepanjang masa. Tentunya
juga untuk siap menghadapi globalisasi, pendidikan memegang peranan yang
penting. Tidak kalah pentingnya dengan penggunaan bahasa Inggris sebagai
senjata untuk menjadi pemenang dalam kompetisi di hard globalization era. Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi
telah mendominasi sebagian besar belahan dunia dan globalisasi dalam banyak
aspek telah memotivasi orang-orang untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi
dan menyambut MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) akhir tahun ini.
Dunia
semakin sempit sehingga kita tidak bisa menghindari bahasa Inggris. Di lebih
dari 100 negara orang-orang berbicara dengan bahasa Inggris dan acap kali ini
satu-satunya jalan untuk berkomunikasi di negara asing. Satu setengah milyar
orang asing siap untuk berbicara bahasa Inggris dan 1 milyar orang yang lain
sedang mempelajarinya. Apakah itu termasuk murid atau anak Anda?
Belajar
bahasa Inggris yang efektif di sekolah dibutuhkan kehadiran figur guru yang
tepat, textbook yang tepat dan metode yang tepat pula. Guru bahasa Inggris yang
qualified jumlahnya sangat kurang
sehingga guru-guru bahasa Inggris di sekolah banyak yang memiliki skill bahasa
Inggris yang terbatas.
Maka
kemudian textbook menjadi
satu-satunya andalan. Jika bahasa Inggris diajarkan semata-mata dari buku, kita
dapat mengansumsikan bahwa hanya reading
(membaca) dan writing (menulis) yang
dipelajari. Speaking (berbicara) dan listening (mendengarkan) tidak akan
tersentuh sehingga murid-murid tidak akan bisa belajar untuk berkomunikasi secara
lisan. Selain itu bahasa Inggris
akhirnya menjadi pelajaran yang membosankan dengan bookwork dan grammar rules daripada
diajari cara-cara mengkomunikasikan ide-ide yang menarik.
Jadi,
bisa dipastikan bahwa kekurangan terbesar guru bahasa Inggris saat ini adalah
ketika guru tidak bicara bahasa Inggris atau gagal mengajak muridnya berlatih speaking.
Meskipun
guru sering mengikuti pelatihan-pelatihan, training
atau diklat yang cukup tetapi jarang menghasilkan murid yang dapat menguasai speaking dan listening dengan baik. Alasan yang paling sering disampaikan para
guru yang tidak mengadakan communicative
activities di kelas adalah karena tidak akan keluar di Ujian Nasional dan
tidak cukup waktu mengajar untuk hal-hal yang tidak diteskan di Ujian Nasional.
Sebenarnya pemerintah telah memperkenalkan kurikulum nasional yang
mencakup Teaching of Oral Communication
Skills. Pemakaian metode dan approach
(pendekatan) seperti communicative
language learning dan kurikulum 2013 sayangnya belum di’terima’ guru dengan baik. Banyak guru yang masih ragu dan kurang mendapatkan
penjelasan yang cukup.
Ketika ingin mengajar speaking
kita bisa menggunakan communicative
language teaching. Metode
ini memberi kesempatan pada siswa untuk bebas mengungkapkan apa yang mereka pikirkan.
Sedangkan untuk mengajar listening, guru dapat menggunakan the audio lingual method yang menuntut
guru hanya menggunakan target language
(bahasa Inggris) di kelas. Banyak metode-metode lain
yang bisa diaktifkan di kelas seperti silent
way, community language learning, natural approach, total physical response,
suggestopedia dan lai-lain.
Jika guru bahasa Inggris dapat berbicara
bahasa Inggris dengan baik dan menerapkan metode yang tepat maka lulusan SMA
dapat lebih fasih berbahasa Inggris. Bahkan pemerintah Korea Selatan telah
memperkenalkan program US$ 4,24 M untuk mencapai tujuan tersebut yang
menghendaki murid SD, SMP, dan SMA atau yang sederajad diajar hanya dalam
bahasa Inggris. Sekitar 23.000 guru yang dapat mengajar dalam bahasa Inggris direkrut
pada 2013 di Korea Selatan. (Agence
France-Presse,Seoul). Selain itu
kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur sudah menjalin kerja sama dengan
University of Cambridge dan melibatkan 13.800 siswa dan 800 guru untuk dilatih
mengenai materi- materi pengajaran bahasa Inggris.
Melalui
sertifikasi pemerintah telah berusaha merevitalisasi sistem pendidikan nasional
dan meningkatkan kesejahteraan guru. Ini seharusnya mampu membuka paradigma
mengajar yang baru dengan harapan besar menjadi obat mujarab terhadap banyaknya
siswa yang kurang fasih berbahasa Inggris.
New training course yang diambil sebagian guru untuk mendapatkan sertifikasi mencakup
subjek seperti bahasa, pedagogik, dan profesionalisme semoga bisa
bermanfaat.Akhirnya saya sependapat dengan George Bernard Shaw ” To me the sole hope of human salvation lies
in teaching”. Praktis,
untuk menyelamatkan potret buram pendidikan kita terletak pada hadirnya
guru-guru yang hebat di kelas, bukan pada kurikulumnya. Bagaimana menurut Anda?
0 comments: