Gending Kenangan 3
Published On
10/14/2015
By
kang yogie
Gending Kaputren
Published On
9/12/2015
By
kang yogie
KARTINI DIMATAKU
Tiap tanggal 21 April kita selalu menyambut sebuah
perayaan spesial yang seringkali pula ditandai dengan pertunjukan dan pagelaran
budaya. Presiden Soekarno telah menetapkan hari lahir tokoh Jawa, Kartini untuk
diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari
Kartini.
Ada sejumlah cara untuk merayakan Hari Kartini, salah satunya tradisi memakai kebaya bagi
wanita dan pakaian batik bagi pria
sebagaimana diterapkan sejumlah PNS di Trenggalek. Bahkan, di Pantai Kuta
Bali, sejumlah peselancar perempuan menandai Hari Kartini dengan melakukan surfing yang biasanya didominasi kaum
adam ini, dengan memakai kebaya. Mereka seperti ingin menunjukkan pada dunia bahwa
wanita pun bisa melakukan surfing
sebaik pria. Memang, ide emansipasi wanita telah membuka banyak ruang bagi wanita untuk
mengekspresikan talenta dan ketertarikannya dibanyak area.
Sebuah survey yang dilakukan Reuters dengan memberi responden pertanyaan; “Apakah tempat perempuan
itu di rumah?” Hanya satu dari empat responden percaya bahwa dunia perempuan itu
hanya sebatas tembok rumah. Sementara tiga responden lain meyakini bahwa
seorang perempuan dapat berpartisipasi di luar urusan rumah tangga. Sekarang, banyak
perempuan yang menjadi professor, mampu menjalankan perusahaan, dan menjadi
kepala pemerintahan.
Dengan menempatkan sekurang-kurangnya 30% kandidat
perempuan di daftar legislative sebenarnya telah menjamin kebijakan politik
yang lebih baik untuk perempuan. Selain itu juga perlunya segera dicabut
regulasi-regulasi yang berpotensi mendiskriminasikan peran perempuan. Upaya-upaya ini memang lebih berat
daripada sekedar menggelar perayaan besar untuk Hari Kartini.
Perempuan memang sudah seharusnya mendapatkan persamaan
hak dengan laki-laki. Jika saya menilik kembali pelajaran Biologi SMA. Seorang perempuan sebenarnya lebih besar konstribusinya secara
biologis terhadap proses pembentukan manusia-manusia baru.
Seorang perempuan menyediakann ovum atau sel telur, sedangkan seorang laki-laki memberikan sperma. Sel sperma
hanya memberikan materi genetik sementara itu sel telur tidak hanya memberikan
materi genetik tetapi juga cytoplasm
dan mitochondria sebagai sumber
energi untuk manusia baru. Selain itu kontribusi yang penting lagi adalah
menyediakan tempat bagi janin di uterus dan memberikannya nutrisi didalamnya. Setelah
melahirkan, seorang perempuan juga memberikan air susu ibunya untuk menjaga kekebalan tubuh
bayinya.
Tetapi menurut pandangan saya, pencapaian posisi perempuan
yang sama dengan laki-laki tidak hanya memberikan efek positif bagi kebebasan perempuan tetapi juga ada efek negatifnya. Seorang
perempuan yang ingin mencapai karier yang tinggi, acapkali menunda
pernikahan sampai usia terhitung tua. Padahal dengan begitu ketika wanita tersebut hamil
akan meningkatkan resiko memiliki bayi dengan kerusakan kromosom, yaitu bagian
sel yang mengandung sifat turun temurun.
Ada juga karena disibukkan dengan aktivitas di luar
rumahnya, maka seorang perempuan menyewa baby
sitter atau menyerahkan bayinya pada pembantu untuk mengurusnya. Ini juga akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang
bayinya. Bisa karena kurangnya kasih sayang ibu atau tidak memiliki kedekatan
hubungan dengan ibu atau ayahnya yang juga bekerja banyak menghabiskan waktu
di luar rumah.
Sang pejuang emansipasi, pahlawan nasional
Indonesia yang juga pelopor kebangkitan perempuan pribumi ini memang
bercita-cita agar perempuan Jawa bisa lebih maju, memiliki kebebasan
menuntut ilmu dan belajar serta menggapai karier yang diharapkan. Ibu Kita
Kartini mencita-citakan (baca: mau) gelap akan habis dan terang akan terbit. ”Aku Mau……” adalah motto
Kartini.
Penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, dipingit, tidak bisa
duduk di bangku sekolah, harus bersedia dinikahkan dengan laki-laki tak dikenal dan harus
bersedia dimadu sudah habis. Meski hanya 25 tahun usia Kartini, lewat
surat-surat Kartini, renungannya tentang dan untuk bangsa telah menyelamatkan perempuan
pribumi yang dulu berada status sosialnya yang rendah. Lewat bukunya telah
mendorong kemajuan perempuan Indonesia menjadi lebih maju di masa depan.
Meskipun begitu akan menjadi bijaksana seorang
perempuan jika menemukan keseimbangan diantara urusan karier dan rumah tangga
dan kaum laki-laki
bisa lebih menghargai perempuan. (Wendianing Putri Luketsi)
Jakarta dalam Gending Peristiwa
Published On
9/11/2015
By
kang yogie
SOLUSI UNTUK BANJIR JAKARTA
Sungai Ciliwung, Jakarta |
Bahwa yang terkena dampak banjir tidak hanya
masyarakat menengah bawah tetapi menengah atas juga. Ternyata uang dan kekuatan
ekonomi tak berdaya melawan banjir. Banyak sekali kebahagiaan yang tidak bisa
dibeli dengan uang. Tuhan sebenarnya menyediakan banyak kebahagiaan yang hanya
bisa didapat oleh umatnya bukan dengan uang tetapi dengan sikap.
Sikap dan tradisi gotong-royong, kesederhanaan,
kebersamaan, silaturahim dan mengenal tetangga dengan baik pada masyarakat di
pedesaan telah menumbuhkan tersediannya air bersih, udara tak berpolusi dan
jauh dari kemacetan lalu lintas. Masyarakat desa juga cenderung peduli dengan
alamnya, melakukan cocok tanam, hidup damai dengan alam dan hutan. Bertolak
belakang dari pola hidup perkotaan yang semakin betonisasi dan individualis.
Urbanisasi besar-besaran demi ekonomi malah memunculkan banyak pengangguran dan
gelandangan yang rawan terjebak dalam kriminalitas. Atau pejabat tinggi yang
demi ambisi ekonomi ngemplang uang
yang bukan haknya.
Sudah saatnya, nilai-nilai luhur peninggalan
nenek moyang yang masih kental di masyarakat pedesaan dibawa ke ibukota untuk
membeli solusi dari berbagai masalah yang ada di ibukota. Pikirkan nilai moral
bukan hanya nilai ekonomi yang menjadi gaya khas warga ibukota.
Semoga, segala permasalahan yang ada di Jakarta bisa
berkurang dengan memperbaiki sikap kita bersama-sama. Dalam sikap yang baik ada
magic yang meng-create lingkungan dan alam yang baik.
Trend Pemilihan Duta Wisata
Published On
9/11/2015
By
kang yogie
Pemilihan Kakang-Mbakyu Trenggalek sebuah ajang yang bukan tanpa tujuan. Salah satu tujuannya yaitu memberikan citra kebudayaan serta kepariwisataan dan mendorong laju industri pariwisata. Namun disisi lain, Pemilihan Duta Wisata hanya dianggap sebagai atraksi wisata yang bertujuan sekedar sebagai kontes penampilan atau pajangan saja. Benarkah?
Foto : Dokumen Pribadi |
Sarana Pengembangan Potensi
Prosesi Pemilihan Duta Wisata tidaklah sederhana. Prosesinya mirip dengan Pemilihan Putri Indonesia atau Miss Indonesia. Semua peserta yang telah lolos seleksi mendapat pembinaan dan pembekalan dari panitia di salah satu hotel. Istilah yang paling sering dipakai yaitu masa karantina.
Disini,semua peserta (generasi muda) disiapkan untuk menjadi pribadi profesional dalam pembangunan sektor pariwisata. Generasi muda sebagai bagian dari komunitas pariwisata diarahkan untuk mampu mengenalkan dan mempromosikan obyek dan daya tarik wisata.
Disamping itu, juga diberikan pengetahuan tentang public relations, etika kepribadian atau dasar etiket, narkoba, bahasa asing, wawasan kebangsaan, kebudayaan dan pariwisata serta peningkatan kemampuan dan kepercayaan diri (self development). Yang tidak kalah penting adalah pengetahuan tentang produk unggulan daerah setempat dan cara menjadi pemandu wisata atau duta wisata.
Harapan besarnya adalah bisa ikut serta meningkatkan kualitas SDM para generasi muda. Sebab, jika suatu daerah dinyatakan kaya SDA tetapi sangat rendah kualitas SDM-nya, masyarakat di daerah itu belum tentu sejahtera. Perpaduan antara kreativitas manusia dan SDA yang memadai akan dapat mewujudkan kesejahteraan manusia. Bahkan jika suatu daerah tidak cukup tersedia SDA, seperti migas, hasil pertanian atau industri manufacturing, maka pariwisata bisa menjadi sektor alternatif andalan dalam pembangunan. Itu pun perlu didukung SDM yang berkualitas dalam hal ini generasi-generasi muda duta wisata yang peduli terhadap pariwisata.
Jadi, Pemilihan Duta Wisata adalah atraksi wisata yang bertujuan melestarikan kebudayaan daerah setempat sekaligus sarana pengembangan potensi bakat, kreativitas dan kecerdasan para generasi muda. Bukan sekedar ajang memajang duta-duta wisatanya.
Penampilan Elemen Pendukung
Motto Brain, Beauty, Behaviour and Brave memiliki tolok ukur dan kriteria tersendiri dalam ajang ini. Keempat faktor yang kuat disuarakan menjadi persyaratan seorang role model diajang ini adalah to be brainy, beautiful dan well behave.
Makna kecantikan (beauty) itu sendiri sangat relatif. Seseorang tidak mungkin mempunyai kecantikan yang sejati bila tidak keluar dari dalam dirinya. Sehingga kepribadian yang kuat akan mendukung seseorang untuk disebut berpenampilan menarik. Bila daya tarik fisik tersebut didukung pula oleh strong personality, maka karakter yang kuat terwujud untuk menjadikan seseorang berperilaku yang baik (good behaviour).
Imbasnya, budaya mengagungkan dan menomorsatukan penampilan diharapkan justru bisa terkikis lewat ajang ini. Kecantikan (baca: penampilan) di zaman modern ini memang masih kuat ditempatkan sebagai yang utama. Padahal penampilan haruslah dijadikan elemen pendukung. Bukan kekuatan utama. IQ dan soft skill atau EQ-lah yang pantas disebut kekuatan utama untuk sukses diera saat ini.
Dalam perkembangannya IQ haruslah menjadi elemen pendukung EQ. Karena sekarang ini banyak orang yang memiliki tingkat intelegensi tinggi justru tidak pandai menempatkan dirinya secara tepat ketika berada ditengah banyak orang.
Sayangnya, tidak mudah untuk mengukur tingkat behaviour (kepribadian) dan attitude seseorang dalam waktu relatif singkat. Inilah yang menjadi kelemahan dari ajang pemilihan ini. Sehingga seringkali sebagai pelarian adalah point penampilan yang dilirik.
Berbeda dengan pemilihan tingkat provinsi yaitu Pemilihan Raka-Raki Jawa Timur, misalnya. Dari yang penulis perhatikan, sebenarnya Raka-Raki lebih pantas disebut sebagai kontes personality (bukan kontes adu tingkat intelegensi atau penampilan). Siapa yang memiliki kepribadian dan karakter kuatlah yang bisanya akan menjadi favorit unggulan juri. Lantas, dimana standar baku untuk menentukan penilaian diajang pemilihan ini?
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, ajang pemilihan ini hanya dinilai dari pengetahuan dan kematangan secara personal dan bukan sosial. Seharusnya juara dari kegiatan ini adalah orang yang sedikit banyak telah berbuat untuk kemajuan kabupaten atau kota kelahirannya. Dampaknya, generasi muda baik ditingkat SLTP atau SLTA terpacu untuk menyumbangkan pemikirannya dalam upaya memajukan pariwisata atau berarti bagi kabupaten atau kota kelahirannya sejak dini.
Kedua, diperlukan dewan juri yang kompeten yang mampu menangkap inner beauty seseorang sehingga bisa dipastikan juaranya adalah orang yang mempunyai knowledge, skill dan attitude yang baik dan bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, dukungan pemerintah daerah dan media, mengingat pariwisata sebagai mesin penggerak dalam penciptaan tenaga kerja pada abad ke-21 dan mempunyai energi dobrak yang kuar biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya. (Dawid J.de Villiers 1999 ; Salah Wahab 1999). Pariwisata juga telah mendorong tumbuhnya berbagai industri penunjang seperti; transportasi (biro perjalanan) , akomodasi, restoran, pengusaha cinderamata dan berbagai industri sampingan lainnya. Akhirnya, trend beauty pageant contest atau pemilihan duta wisata akan semakin mendapatkan maknanya dan selempang duta wisata semakin menemukan artinya.
Bahasa Inggris Menyongsong MEA 2015
Published On
9/08/2015
By
kang yogie
If your plan is for a year,
plant rice. If your plan is for a decade, plant trees. If your plan is for a
lifetime, educate children. (Confucius).
Foto : Dokumen pribadi |
Jika rencana kita untuk satu tahun, tanamlah padi. Jika rencana kita untuk sepuluh tahun kedepan, tanamlah pohon. Jika rencana kita untuk seumur hidup kita, didiklah anak kita. Kutipan diatas memberikan inspirasi kepada kita bahwa menyekolahkan anak akan menjadi investasi sepanjang masa. Tentunya juga untuk siap menghadapi globalisasi, pendidikan memegang peranan yang penting. Tidak kalah pentingnya dengan penggunaan bahasa Inggris sebagai senjata untuk menjadi pemenang dalam kompetisi di hard globalization era. Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi telah mendominasi sebagian besar belahan dunia dan globalisasi dalam banyak aspek telah memotivasi orang-orang untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan menyambut MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) akhir tahun ini.
Dunia semakin sempit sehingga kita tidak bisa menghindari bahasa Inggris. Di lebih dari 100 negara orang-orang berbicara dengan bahasa Inggris dan acap kali ini satu-satunya jalan untuk berkomunikasi di negara asing. Satu setengah milyar orang asing siap untuk berbicara bahasa Inggris dan 1 milyar orang yang lain sedang mempelajarinya. Apakah itu termasuk murid atau anak Anda?
Belajar bahasa Inggris yang efektif di sekolah dibutuhkan kehadiran figur guru yang tepat, textbook yang tepat dan metode yang tepat pula. Guru bahasa Inggris yang qualified jumlahnya sangat kurang sehingga guru-guru bahasa Inggris di sekolah banyak yang memiliki skill bahasa Inggris yang terbatas.
Maka kemudian textbook menjadi satu-satunya andalan. Jika bahasa Inggris diajarkan semata-mata dari buku, kita dapat mengansumsikan bahwa hanya reading (membaca) dan writing (menulis) yang dipelajari. Speaking (berbicara) dan listening (mendengarkan) tidak akan tersentuh sehingga murid-murid tidak akan bisa belajar untuk berkomunikasi secara lisan. Selain itu bahasa Inggris akhirnya menjadi pelajaran yang membosankan dengan bookwork dan grammar rules daripada diajari cara-cara mengkomunikasikan ide-ide yang menarik.
Jadi, bisa dipastikan bahwa kekurangan terbesar guru bahasa Inggris saat ini adalah ketika guru tidak bicara bahasa Inggris atau gagal mengajak muridnya berlatih speaking.
Meskipun guru sering mengikuti pelatihan-pelatihan, training atau diklat yang cukup tetapi jarang menghasilkan murid yang dapat menguasai speaking dan listening dengan baik. Alasan yang paling sering disampaikan para guru yang tidak mengadakan communicative activities di kelas adalah karena tidak akan keluar di Ujian Nasional dan tidak cukup waktu mengajar untuk hal-hal yang tidak diteskan di Ujian Nasional.
Sebenarnya pemerintah telah memperkenalkan kurikulum nasional yang mencakup Teaching of Oral Communication Skills. Pemakaian metode dan approach (pendekatan) seperti communicative language learning dan kurikulum 2013 sayangnya belum di’terima’ guru dengan baik. Banyak guru yang masih ragu dan kurang mendapatkan penjelasan yang cukup.
Ketika ingin mengajar speaking kita bisa menggunakan communicative language teaching. Metode ini memberi kesempatan pada siswa untuk bebas mengungkapkan apa yang mereka pikirkan. Sedangkan untuk mengajar listening, guru dapat menggunakan the audio lingual method yang menuntut guru hanya menggunakan target language (bahasa Inggris) di kelas. Banyak metode-metode lain yang bisa diaktifkan di kelas seperti silent way, community language learning, natural approach, total physical response, suggestopedia dan lai-lain.
Jika guru bahasa Inggris dapat berbicara bahasa Inggris dengan baik dan menerapkan metode yang tepat maka lulusan SMA dapat lebih fasih berbahasa Inggris. Bahkan pemerintah Korea Selatan telah memperkenalkan program US$ 4,24 M untuk mencapai tujuan tersebut yang menghendaki murid SD, SMP, dan SMA atau yang sederajad diajar hanya dalam bahasa Inggris. Sekitar 23.000 guru yang dapat mengajar dalam bahasa Inggris direkrut pada 2013 di Korea Selatan. (Agence France-Presse,Seoul). Selain itu kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur sudah menjalin kerja sama dengan University of Cambridge dan melibatkan 13.800 siswa dan 800 guru untuk dilatih mengenai materi- materi pengajaran bahasa Inggris.
Melalui sertifikasi pemerintah telah berusaha merevitalisasi sistem pendidikan nasional dan meningkatkan kesejahteraan guru. Ini seharusnya mampu membuka paradigma mengajar yang baru dengan harapan besar menjadi obat mujarab terhadap banyaknya siswa yang kurang fasih berbahasa Inggris.
New training course yang diambil sebagian guru untuk mendapatkan sertifikasi mencakup subjek seperti bahasa, pedagogik, dan profesionalisme semoga bisa bermanfaat.Akhirnya saya sependapat dengan George Bernard Shaw ” To me the sole hope of human salvation lies in teaching”. Praktis, untuk menyelamatkan potret buram pendidikan kita terletak pada hadirnya guru-guru yang hebat di kelas, bukan pada kurikulumnya. Bagaimana menurut Anda?
K13 Sebuah Film Hollywood
Published On
9/08/2015
By
kang yogie
Kurikulum memetakan tujuan sedangkan silabus memberikan alat untuk mencapai tujuan tersebut. Seperti dalam film Hollywood Elysium, Kurikulum 2013 diibaratkan sebagai sebuah ruang stasiun murni buatan manusia bernama Elysium, yang menjadi solusi akibat planet bumi kita di tahun 2154 yang hancur karena kelebihan penduduk. Sementara itu orang-orang bumi ingin masuk Elysium ( baca : Kurikulum 2013) agar bisa merasakan kelas dengan standar dan gaya hidup yang mewah. Namun tak banyak yang bisa memasuki Elysium pada akhirnya memunculkan dua kelas yang berbeda. Matt Damon dengan pesawatnya ( baca : silabus) berusaha menembusnya. Sayang, silabusnya pun bermasalah. Silabus dibuat berdasarkan buku, bukan buku berdasarkan silabus. Kurikulum 2013 ternyata membuat silabus berdasarkan buku yang sudah dicetak. Apa kata dunia.
Buku kurikulum 2013 pun dipertanyakan dari segi isi dan substansinya. Selain itu missing-nya indikator pembelajaran yang lebih detail, proses pembelajaranpun tidak dapat dinilai. Sementara itu, tematik integratif sendiri sesungguhnya sebuah metode belajar, bukan mata pelajaran.
Meskipun begitu, kurikulum 2013 sebagaimana kebanyakan film Hollywood yang kaya imajinasi tentang masa depan benar-benar membuka mata kita tentang ide-ide futuristik. Meskipun terlalu dini tetapi gambaran ideal tentang arah pendidikan kita perlu kita renungkan bersama. Kurikulum 2013 yang memang berbasis IT ini membutuhkan teknologi yang canggih. Kurikulum 2013 adalah barang mewah, mahal dan lux seperti Elysium. Bukan hanya hardware dan software-nya yang modern, canggih dan mutakhir tetapi brainware-nya ( guru dan siswanya) mesti super canggih dan berkualitas. Setelah berkonsultasi dengan pakar-pakar pendidikan dan melalui proses yang cukup alot, akhirnya kurikulum 2013 diputuskan hanya diterapakan di 6.323 sekolah dan 74.289 guru berpartisipasi di dalamnya. Bukankah ini akan menciptakan kesan kurang lebih 6.000 sekolah dengan lulusannya warga kelas satu dan kurang lebih 200.000 sekolah dengan lulusannya warga kelas dua?
Kurikulum 2013 yang mengutamakan norma-norma yaitu karakter dan budi pekerti diharapkan mampu mendobrak tantangan-tantangan masa depan baik tantangan internal maupun eksternal. Khususnya tantangan eksternal yang menjadi cermin bopeng pendidikan kita seperti perkelahian siswa ( juvenile delinquency), narkoba, plagiarism, kecurangan dalam ujian dan korupsi. Potret buram yang berusaha diperbaiki dengan tiga mesin yang telah dirancang bernama Pembelajaran Berbasis Projek ( Project Based Learning), Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning) dan Pembelajaran Berbasis Penemuan ( Discovery Learning).
Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek, guru dapat menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Sedangkan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah guru dapat menyajikan masalah konstekstual terlebih dahulu sehingga merangsang peserta didik untuk belajar menemukan solusi ( problem solving). Pembelajaran berbasis penemuan hanya bisa terjadi ketika siswa-siwa tidak hanya disuguhi materi-materi final tetapi lebih pada pemberian simulasi agar siswa-siswa mampu mengorganisir, mengurai dan menyimpulkan sendiri.
Kita ambil contoh pelajaran bahasa Inggris, penting untuk memberikan contoh-contoh kalimat dengan tenses tertentu dan membiarkan siswa menarik rumus-rumusnya sendiri. Ini sangat berbeda dengan cara belajar konvensional yang biasanya diterapkan yaitu guru menuliskan rumus-rumus terlebih dahulu di papan tulis dan siswa diberikan latihan soal yang mengacu pada rumus.
Pembelajaran Berbasis Penemuan memungkinkan siswa mengasimilasi konsep dan prinsip dalam pikiran mereka. Pembelajaran Berbasis Penemuan ( Discovery Learning) yaitu memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. ( Budiningsih 2005: 43).
Guru yang hebat bisa memakai ketiga pendekatan dan model-model pembelajaran diatas dengan memberikan suplemen penguatan materi. Kejeniusan seorang guru sangat dibutuhkan dalam hal ini melebihi kurikulum itu sendiri untuk bisa naik pesawat menuju Elysium ( Kurikulum 2013) sebagaimana yang dipetakan dalam kurikulum. Pesawat itu membutuhkan avtur yang tidak hanya ‘premium’ tetapi juga ‘pertamax’ kualitas tinggi dengan melakukan penyaringan dan penyortiran terlebih dahulu. Guru harus mampu meniadakan materi-materi yang tidak esensial atau tidak relevan, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan dan menambahkan materi yang dianggap penting bagi peserta didik. Ini adalah bagian dari kontrol otonomi.
Terlepas dari apakah sekolah tempat kita mengajar menerapkan kurikulum 2013, pendidikan yang sesuai dengan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi pergeseran, perubahan dan penyempurnaan pola pikir guru yang salah satunya adalah kontrol otonomi.
Kegiatan belajar mengajar ( KBM) yang berpusat pada siswa aktif, interaktif, kolaboratif, berjejaring, berbasis tim, multimedia-sisasi ( meminjam istilah Vicky Prasetyo), serta menuju kebutuhan pelanggan tetaplah bisa menjadi pilihan karena bagaimanapun juga tidak ada yang namanya one-size-fits-all menjadi ideal.
Foto : Dokumen pribadi |
Buku kurikulum 2013 pun dipertanyakan dari segi isi dan substansinya. Selain itu missing-nya indikator pembelajaran yang lebih detail, proses pembelajaranpun tidak dapat dinilai. Sementara itu, tematik integratif sendiri sesungguhnya sebuah metode belajar, bukan mata pelajaran.
Meskipun begitu, kurikulum 2013 sebagaimana kebanyakan film Hollywood yang kaya imajinasi tentang masa depan benar-benar membuka mata kita tentang ide-ide futuristik. Meskipun terlalu dini tetapi gambaran ideal tentang arah pendidikan kita perlu kita renungkan bersama. Kurikulum 2013 yang memang berbasis IT ini membutuhkan teknologi yang canggih. Kurikulum 2013 adalah barang mewah, mahal dan lux seperti Elysium. Bukan hanya hardware dan software-nya yang modern, canggih dan mutakhir tetapi brainware-nya ( guru dan siswanya) mesti super canggih dan berkualitas. Setelah berkonsultasi dengan pakar-pakar pendidikan dan melalui proses yang cukup alot, akhirnya kurikulum 2013 diputuskan hanya diterapakan di 6.323 sekolah dan 74.289 guru berpartisipasi di dalamnya. Bukankah ini akan menciptakan kesan kurang lebih 6.000 sekolah dengan lulusannya warga kelas satu dan kurang lebih 200.000 sekolah dengan lulusannya warga kelas dua?
Kurikulum 2013 yang mengutamakan norma-norma yaitu karakter dan budi pekerti diharapkan mampu mendobrak tantangan-tantangan masa depan baik tantangan internal maupun eksternal. Khususnya tantangan eksternal yang menjadi cermin bopeng pendidikan kita seperti perkelahian siswa ( juvenile delinquency), narkoba, plagiarism, kecurangan dalam ujian dan korupsi. Potret buram yang berusaha diperbaiki dengan tiga mesin yang telah dirancang bernama Pembelajaran Berbasis Projek ( Project Based Learning), Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning) dan Pembelajaran Berbasis Penemuan ( Discovery Learning).
Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek, guru dapat menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Sedangkan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah guru dapat menyajikan masalah konstekstual terlebih dahulu sehingga merangsang peserta didik untuk belajar menemukan solusi ( problem solving). Pembelajaran berbasis penemuan hanya bisa terjadi ketika siswa-siwa tidak hanya disuguhi materi-materi final tetapi lebih pada pemberian simulasi agar siswa-siswa mampu mengorganisir, mengurai dan menyimpulkan sendiri.
Kita ambil contoh pelajaran bahasa Inggris, penting untuk memberikan contoh-contoh kalimat dengan tenses tertentu dan membiarkan siswa menarik rumus-rumusnya sendiri. Ini sangat berbeda dengan cara belajar konvensional yang biasanya diterapkan yaitu guru menuliskan rumus-rumus terlebih dahulu di papan tulis dan siswa diberikan latihan soal yang mengacu pada rumus.
Pembelajaran Berbasis Penemuan memungkinkan siswa mengasimilasi konsep dan prinsip dalam pikiran mereka. Pembelajaran Berbasis Penemuan ( Discovery Learning) yaitu memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. ( Budiningsih 2005: 43).
Guru yang hebat bisa memakai ketiga pendekatan dan model-model pembelajaran diatas dengan memberikan suplemen penguatan materi. Kejeniusan seorang guru sangat dibutuhkan dalam hal ini melebihi kurikulum itu sendiri untuk bisa naik pesawat menuju Elysium ( Kurikulum 2013) sebagaimana yang dipetakan dalam kurikulum. Pesawat itu membutuhkan avtur yang tidak hanya ‘premium’ tetapi juga ‘pertamax’ kualitas tinggi dengan melakukan penyaringan dan penyortiran terlebih dahulu. Guru harus mampu meniadakan materi-materi yang tidak esensial atau tidak relevan, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan dan menambahkan materi yang dianggap penting bagi peserta didik. Ini adalah bagian dari kontrol otonomi.
Terlepas dari apakah sekolah tempat kita mengajar menerapkan kurikulum 2013, pendidikan yang sesuai dengan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi pergeseran, perubahan dan penyempurnaan pola pikir guru yang salah satunya adalah kontrol otonomi.
Kegiatan belajar mengajar ( KBM) yang berpusat pada siswa aktif, interaktif, kolaboratif, berjejaring, berbasis tim, multimedia-sisasi ( meminjam istilah Vicky Prasetyo), serta menuju kebutuhan pelanggan tetaplah bisa menjadi pilihan karena bagaimanapun juga tidak ada yang namanya one-size-fits-all menjadi ideal.
Langgam Pertanian
Published On
9/07/2015
By
kang yogie
Cara Menjadi Jawara Swasembada dengan Memilih Jurusan Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB adalah fakultas harapan. Bertani atau berladang adalah sebuah profesi harapan negeri yang mengajarkan optimisme dan kesabaran. Fateta adalah sekolah kesabaran. Kita tidak bisa terburu-buru memetik hasil panen bila belum waktunya. Pun, tanpa optimisme tak akan benih tertanam di ladang. Tujuan utama bertani bukanlah hasil panennya tetapi demi menyempurnakan kemakmuran dan kesejahteraan bangsa. Karena disetiap satu penemuan baru di bidang pertanian adalah satu langkah besar menuju kehidupan yang lebih bermatabat. Aku bangga menjadi mahasiswa Fateta karena aku bisa menjadi warga yang berharga dan terikat langsung dengan negeriku tercinta.
Dengan menjadi petani berarti kita berjabat tangan langsung dengan alam Indonesia. Alam Indonesia yang membuat kita makan. Bisakah kita hidup bahagia, damai, sejahtera dan sehat tanpa makanan?
Kita kadang membutuhkan dokter, psikolog, polisi atau pengacara. Tetapi hampir dipastikan kita membutuhkan petani tiga kali dalam sehari.
Siapapun kita bisa menjadi petani. Bangkitkan kembali kejayaan swasembada. Hidupkan gerakan berkebun nasional. Setiap rumah tangga dapat hidup mandiri dengan memelihara ayam, kambing, ikan dan menanam berbagai jenis sayuran seperti bayam, tomat, cabai, terung dan sebagainya. Ketika jumlah kebun bertambah, maka jumlah surga pun akan bertambah. Populasi penduduk meningkat, produksi sumber makanan harus meningkat juga bukan?
(Wendianing Putri Luketsi)
Wanita Adalah Berlian
Published On
9/06/2015
By
kang yogie
Aku menjadi wanita. Menjadi wanita sama dengan menjadi berlian. Berlian itu kemilau dan mahal. Berlian juga permata. Indah dan kokoh.
Aku ingin menjadi wanita
Indonesia seutuhnya. Wanita Indonesia adalah wanita Kartini. Setegar Cut Nyak
Dien dan se-kemilau Dian Sastro. Atau segesit diva Mimpi, Anggun. Tapi aku emas
24 karat. Aku bukan mereka. Aku bukan copy
paste mereka. Sri Mulyani memang pendekar Indonesia, tapi aku adalah wanita
Indonesia baru. Wanita Indonesia baru adalah wanita berlian yang unbreakable. Aku adalah berlian dan
kalian wanita Indonesia baru adalah berlian. (Wendianing Putri Luketsi)
Tradisi Sesaji di Teluk Prigi
Published On
9/06/2015
By
kang yogie
Senin Kliwon bulan Selo menjadi momen mengenang sang Leluhur, Tumenggung Yudo Negoro. Arak-arakan khidmat bersiluet rasa syukur. Penghormatan atas leluhur pahlawan babad tanah Prigi.
Gending Trenggalek
Published On
9/05/2015
By
kang yogie
TRENGGALEK PUNYA CERITA
Aku adalah wong galek. Kota Trenggalek adalah tanah kelahiranku.
Sekitar 50 km dari kota Trenggalek ada pantai berombak tenang yang bisa jadi jujugan favorit kamu. Oh ya, Trenggalek
adalah salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur. Letaknya di pantai selatan. Tenang, meskipun
di pantai selatan, pantainya tidak angker, ombaknya juga landai dan nggak banyak
pantangan. Teluk Prigi, nah di tempat inilah kamu akan kuajak sedikit mengenal
tentang spot wisata yang cantik di tanah kelahiranku. Teluk Prigi memang berada
di pinggiran bukit yang penuh tanjakan dan turunan curam mengular di pegunungan
Kartz.
Goa Merah |
Perahu wisata yang bisa kamu sewa |
Pulau Mutiara |
Beberapa tujuan yang dapat ditempuh dengan perahu wisata |
Beberapa tujuan yang dapat ditempuh dengan perahu wisata |
Pantai Karanggongso |
Tuh kan, kurang asyik apa coba? Ada juga spot wisata ekstra,
ada Watu Dukun (karang di tengah laut), jembatan Reog, Pulau Mutiara (pulau tak
berpenghuni), Dermaga Mutiara, Goa Merah,
dan masih banyak lagi. Tak ketinggalan ada Pantai Kecil, pantai yang
terpisah dari Pantai Pasir Putih. Untuk menuju Pantai Kecil, kamu cukup 20
menit berperahu. Panjang pantainya tidak lebih dari 50 meter. Yang unik nih,
suguhan pemandangan nelayan menangkap ikan dengan jaring dari pinggir pantai
atau dikenal dengan jaring tarik.
Penasaran kan... he he he...
Penasaran kan... he he he...
Ayo jalan-jalan. Trenggalek punya cerita.
Langganan:
Postingan (Atom)
0 comments: