Navigation Menu

Totalitas Hidup dalam Galeri Seni, Sebuah Pengalaman

Oleh: Yogyantoro


It’s not our art, but our heart that’s on display
(Garry Holland)

Indahnya membelah jalanan sambil menikmati suasana klasiknya Batavia (Kota Tua), yang dulunya bernama Jayakarta ketika matahari naik sepenggalah. Amazed banget dan menjadi pengalaman membius yang tak terlupakan. Ini seperti sebuah perjalanan menyusuri filosofi dasar hidup untuk menjawab setumpuk pertanyaan tentang keberadaan sejarah. Aku tak pernah puas. Aku selalu mengutuk dengan yang ada dan bersikeras untuk melakukan eksplorasi. Di kota rintisan yang dahulu kala dibangun oleh Belanda sebagai pusat perdagangan di Asia ini berdiri kokoh Museum Bank Indonesia, Museum Wayang dan Museum Seni Rupa dan Keramik.
Museum Seni Rupa dan Keramik adalah pilihan pertama yang begitu kuat memantik langkahku untuk segera masuk ke dalamnya. You know, they say the best things in life are free. Yes, free admission. Para pegawai atau staf dengan ramah menyambutku. Mereka mahfum it’s best to be kind to all visitors. Memasuki galeri yang mengetengahkan koleksi seni pilihan ini serasa disiram selaksa gambaran tentang eksistensi, kreativitas dan pemikiran yang sungguh inovatif. Karya-karya seni yang sangat berharga dari para seniman terkemuka menghiasi ruangan.  Galeri ini telah mengabadikan seni. Aneka lukisan terpajang di dinding. Selain itu di sisi lain dan di beberapa sudut ruangan kita bisa menjumpai beragam patung, seni dekoratif, seni grafis, foto, seni instalasi, kolase, dan furnitur serba unik. Nampak sekali bakat dari sang pemilik tangan dingin begitu terampil dan sukses membentuk ide  dalam konteks kesadaran makna yang  tinggi.

Gambar 1.  Melihat lukisan yang terpajang di dinding


Melihat-lihat karya seni tidak hanya sekedar melihat. Saat mataku  menyapu aneka karya seni banyak sekali ide-ide menyeruak dalam benakku. Galeri seni juga memunculkan teka-teki tersendiri tentang sejarah dan hidup. I really believe that the benefit of being puzzled are massive. Kreativitas kita seperti dicambuk untuk ikut berkembang. Bahkan mengunjungi galeri seni ternyata mampu menjadi mesin pembangkit kreativitas. Creativity takes courage. Menjelajahi  galeri seni mendorong rasa ingin tahu kita yang akan sangat bermanfaat bagi kita untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Gambar 2. Menunjuk  lukisan karya seniman 

Galeri seni di Museum Seni Rupa dan Keramik ini telah membuatku bertransformasi menjadi manusia seutuhnya.  Manusia seutuhnya yang kumaksud adalah manusia yang hidup dengan hati. Aku tidak sedang bercanda. Seni adalah buah cipta, rasa dan karsa. Dari sanalah bersemayam budi yang halus. Seeing so much art, I’ve seen many heart of human being. I’ve become more tolerant and considerate. Pikiran kita juga menjadi lebih tajam dan  pintar dibalut dengan jiwa yang hangat dan bebas.

Gambar 3.  Duduk santai di selasar Museum Kontemporer Jakarta 

Penataan ruang yang baik di galeri seni ini juga memberikan kesan yang tenang dan santai. Peace of mind and creativity dapat bersemai dengan baik dalam alam pikiran para pengunjungnya. Pengunjung dengan nyaman dapat memilih karya-karya yang menarik untuk dinikmati berlama-lama atau sekejap.  Hidup itu adalah “all you can eat” buffet. Begitu juga galeri seni.  Akhirnya banyak sekali museum dan galeri seni lain yang menarik untuk dicumbu seperti Galeri Hadiprana, Nadi Galeri, Edwin’s Galery, Art:1, MACAN, Biasa Artsphere Jakarta dan lain-lain. 


* * *

1 komentar: