Navigation Menu

Meroket dari Zero to Hero, Rumah Belajar Menjangkau Kita dari Remote Area hingga Dunia, Membuat Kita dari Bukan Siapa-Siapa Menjadi Guru Juara

 

Saya sangat bersyukur mendapatkan kesempatan mengakses simpatik.belajar.kemdikbud.go.id dengan menggunakan akun belajar.id. Bagi saya mendapatkan kesempatan belajar bersama Pusat data Teknologi dan Informasi Pendidikan dan Kebudayaan (PUSDATIN) adalah sebuah karunia. PembaTIK (Pembelajaran Berbasis TIK) Tahun 2022 dibagi menjadi beberapa tahap yang harus kita lalui dengan baik dan menguji keseriusan kita dalam belajar yaitu pada bulan Juni – Agustus tahap Literasi, bulan Juli – Agustus tahap Implementasi, bulan Sepetember tahap Kreasi, dan bulan Oktober- November tahap Berbagi dan Berkolaborasi.  Itulah salah satu manfaat yang saya rasakan yaitu memudahkan saya sebagai pendidik mengakses berbagai platform dari Kemendikbudristek. Selain itu akun belajar.id juga banyak membantu saya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan yang tidak kalah penting adalah dapat menyimpan dokumen secara daring dengan ruang penyimpanan lebih aman tanpa batas. 

                            Video 1: Vlog Berbagi dan Berkolaborasi

Pada tahun 2022 ini saya terdaftar sebagai peserta PembaTIK Level 1 2022 gelombang 48 yang banyak membuat saya memiliki self-efficay, work readiness dan work motivation yang lebih baik. Banyak gagasan-gagasan baru yang saya dapat ketika mengikuti PembaTIK, salah satunya saya semakin bijak dalam memilih media pembelajaran yang saya pertimbangkan dengan lebih matang berdasarkan beberapa aspek seperti tujuan, sasaran didik, karakteristik media, waktu pengoperasian, biaya, ketersediaan, konteks penggunaan dan mutu teknis. Pada PembaTIK Level 1 saya berada pada tahap literasi yaitu saya belajar tentang Ekosistem Digital Merdeka Belajar. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim mengemukakan tentang Merdeka Belajar sebagai emancipated learning yang free the mind, free their potential dan free every level of institution. Merdeka Belajar sejatinya memang memberi kita otonomi (autonomy), fleksibilitas (flexibility) dan penghargaan terhadap keberagaman (respect diversity). Saya yakin kita hanya dapat berbagi apabila diri kita juga mau meningkatkan kompetensi diri dan semangat belajar. Oleh karena itu saya tergerak untuk mengikuti PembaTIK dan CS50 Digital Skill untuk tenaga pendidik.

Foto 1: Mengikuti PembaTIK untuk meningkatkan kompetensi diri di bidang TIK

Pada PembaTIK Level 4 saya melakukan kegiatan berbagi dan berkolaborasi baik secara luring di beberapa sekolah maupun daring dengan sesama Sahabat Rumah Belajar (SRB) melalui kegiatan webinar. Sebagaimana di tengah kesibukan para SRB, saya juga bergelut dengan waktu dalam mengikuti PembaTIK. Pada Level Berbagi dan Berkolaborasi merupakan saat-saat banyak kegiatan lain sedang on process. Namun bagi saya selalu ada hikmah yang saya dapat petik. Saat saya bertugas sebagai narasumber Bimtek Guru Pembimbing Khusus (GPK) saya dapat sekaligus melaksanakan sosialisasi tentang Rumah Belajar.  Demikian juga saat saya menjalankan tugas sebagai fasilitator Calon Guru Penggerak (CGP) saya juga sekaligus dapat mengajak CGP memanfaatkan Platform Rumah Belajar. Selain melaksanaakan kegiatan sosialisasi di sekolah sendiri yaitu SMPN 4 Muara Teweh saya juga melaksanakan sosialisasi di beberapa sekolah di di desa tempat saya mengajar. Tidak hanya berhenti sampai disitu saya juga melaksanakan sosialisasi di beberapa sekolah  lintas desa,kecamatan dan kabupaten.

Lebih-lebih saat ini, kita dapat meyelenggarakan sosialisasi dengan mudah menggunakan moda daring yaitu webinar. Webinar tentang praktik baik penyelenggaraan pembelajaran berbasis TIKyang memanfaatkan Rumah Belajar juga saya lakukan baik interen dengan sesama SBR di dalam 1 (satu) kabupaten/kota,maupun dengan beberapa SRB yang berada dalam satu provinsi maupun dari provinsi lainnya. Ada kelebihan melakukan sosialisasi dengan moda daring yaitu seperti kita lebih safety dari terjangkit virus Covid-19 yang saat ini belum mereda dan kegitaan sosialisasi dapat dilakukan di rumah sendiri. Namun melalui moda daring interaksi antara pemateri dengan peserta menjadi kurang inten dan keterbatasan waktu menjadi kendala juga untuk belajar lebih mendalam tentang pembelajaran berbasis TIK dan Rumah Belajar. Namun untuk mengatasi permasalahan tersebut saya juga menyelenggarakan sosialisasi tentang pemanfaat TIK dan Rumah Belajar secara luring. Bahkan saya menyertakannya dalam kegiatan coaching, pendampingan,diskusi maupun ngobrol santai  dengan banyak guru lainnya. 

Kita ketahui  bersama, Kurikulum Merdeka yang diluncurkan tanggal 11 Februari 2022 menggunakan kerangka dasar Sistem Pendidikan Nasional atau SISDIKNAS, Standar Nasional Pendidikan atau SNP dan Profil Pelajar Pancasila. Dengan mengikuti PembaTIK saya menjadi memiliki cakrawala berpikir yang lebih luas tentang berbagai hal menyangkut struktur kurikulum yang menggunakan Jam Pelajaran (JP) pertahun dan proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau PPPP (20-30 % JP) dan penerapan bembelajaran yang terdiferensiasi. Selain itu jika pada Kurikulum 2013 kita masih menggunakan Kompetensi Dasar (KD) maka pada Kurikulum Merdeka kita menggunkan Capaian Pembelajaran dengan menekankan pada penilaian formatif dan penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan tanpa ada pemisahan.

Foto 2: Mengikuti Program Pilot CS50 Harvard University untuk meningkatkan kompetensi di bidang TIK

Mengapa Rumah Belajar Sangat Relevan Sebagai Sahabat Belajar?

Foto 3: Memanfaatkan Portal Rumah Belajar untuk Penyelenggaraan Pembelajaran Berdiferensiasi

Saya telah lama tertarik memanfaatkan Rumah Belajar dalam mendukung praktik-praktik baik dalam pembelajaran. Hal ini karena Portal Rumah belajar sangat user friendly bagi kita para pendidik maupun peserta didik. Salah satu yang saya lakukan adalah memanfaatkan portal Rumah Belajar untuk menyelenggarakan pembelajaran yang berdiferensiasi. Kita telah ketahui bersama bahwa elemen utama Merdeka Belajar adalah kemerdekaan dan kemandirian. Pembelajaran sedapatnya deselenggarakan secara inovatif, konstektual (contextual teaching and learning) dan mandiri. Portal Rumah Belajar hadir untuk menjawab tantangan yang muncul di era education 4.0 tersebut yaitu dengan menyediakan sumber belajar digital. Masih ada lagi layanan berbasis TIK Kemendikbudristek yang dapat kita manfaatkan seperti Akun Pembelajaran (belajar.id), Platform Merdeka Mengajar, dan SIM-PKB GTK. Kemerdekaan belajar dalam pembelajaran mandiri dapat mengasah cognitive skills seperti menyelesaikan masalah secara logis, metacognitive skills seperti keterampilan menulis dan affective skills seperti membangkitkan motivasi. Oleh karena itu, untuk turut serta mensukseskan kemerdekaan belajar saya mengikuti PembaTIK 2022 yang banyak menambah ilmu pengetahuan dan mengembangkan literasi saya tentang perangkat TIK untuk pembelajaran, perangkat pembelajaran kolaboratif, pemanfaatan media sosial untuk pembelajaran dan lain-lain.  Saya merasa semakin terakselerasi untuk menjadi pendidik yang kekinian dan dapat mengikuti perkembangan zaman dalam mendidik (student-centered) karena peserta didik dapat belajar dengan lebih efektif bersama Rumah Belajar. Hal ini juga selaras dengan program Sembilan Belas Episode Merdeka Belajar diantarnya Merdeka Belajar dan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar tentang mengajar, belajar dan berkarya.

Foto 4:  Semangat Menyukseskan Pembelajaran Berbasis TIK Bersama Rumah Belajar

Platform edukasi seperti Platform Merdeka Mengajar membuat guru dapat membagikan pengalaman mengajar, belajar, dan berkarya serta menggunkan perangkat ajar sampai melakukan assessmen murid lalu membagikannya video inspirasi lewat bukti karya saya adalah sebuah bentuk implementasi dari pendidik yang memiliki digital competence. Kompetensi digital yang baik dari pendidik akan berpengaruh pada kemampuan mereka dalam mendesain pembelajaran (self-regulated learning) (Dig Comp 2.1). Selain itu penguasaan teknologi digital akan membantu pendidik dalam mendesain pembelajaran yang inklusif, personalized, melibatkan (engaging), komunikatif, kolaboratif dan profesional.

Belajar menjadi semakin seamless dan immersive dengan adanya Portal Rumah Belajar karena belajar dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Fitur-fitur yang ada di Rumah Belajar juga semakin lengkap yang membuat peserta didik dan saya sendiri sebagai pendidik semakin tertarik belajar bersama Rumah Belajar seperti Sumber Belajar, Buku Sekolah Elektronik, Bank Soal, Laboratorium Maya, Peta Budaya, Wahana Jelajah Angkasa, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), Kelas Maya, Karya Komunitas, Karya Guru, Karya Bahasa dan Sastra, Augmented Reality dan Edugame Rumah Belajar. Fitur-fitur di Portal Rumah Belajar memfasilitasi kita sebagai pendidik dan peserta didik dapat melakukan self-organized learning environment. Selain itu pembelajaran berbasis digital melalui Rumah Belajar dapat berperan sebagai technology enhanced learning dengan menggunakan pendekatan TPACK (Technological Knowledge, Pedagogical Knowledge and Content Knowledge). Fungsi pembelajaran digital sendiri dapat menjadi suplemen,komplemen dan juga berperan sebagai subtitusi. Pembelajaran digital seperti penggunaan Rumah Belajar sebagai a large collection of computers in networks that are tied together so that many users can share their vast resources (William, 1999).

Pola belajar di era society 5.0 seperti sekarang memang diharapkan dapat think globally act locally yaitu dengan menggali pengetahuan sebanyak mungkin dari berbagai sumber referensi namun dapatr menerapkan sesuai dengan kubutuhan dan kondisi lokal. Pembelajaran berdiferensiasi sangat terdukung dengan adanya Rumah Belajar. Pembelajaran digital yang semakin beragam seperti M-Learning dengan menggunakan handphone dan lain-lain, social media, Games Based Learning atau Cloud Computing (google drive) semakin mengakomodasi kebutuhan, keberagaman dan profil belajar peserta didik. Pembelajaran digital bersama Rumah Belajar dapat menyesuaikan kebutuhan perseta didik sehingga penyelenggaraan pembelajaran menjadi relevan dan konstektual. Peserta didik juga dapat belajar di luar jam belajar di sekolah dengan rumah belajar seperti untuk pembelajaran pengayaan maupun remedial. Sebagai komplemen dalam belajar dapat pula dilakukan secara asinkron atau sinkron menggunakan Learning Management System (LMS) yang mengacu pada technological dan content knowledge. Contohnya dapat dilakukan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) yang hasilnya dipresentasikan oleh kelompok peserta didik melalui aplikasi vicon.

Praktik Baik Penggunaan Aplikasi Pintar dalam Pembelajaran (Edu-Game Learning)

Salah satu tugas guru yang tidak kalah penting adalah melaksanakan proses penilaian kepada peserta didik. Tujuannya untuk melihat perkembangan peserta didik, baik dari segi pengetahuan (kognitif), sikap maupun keterampilan. Selama ini masih banyak guru yang melaksanakan penilaian dengan mode konvensional, yakni mengerjakan soal di kertas. Cara ini dianggap paling praktis dan terjangkau karena guru hanya perlu menggandakan soal sejumlah siswa. Di era teknologi yang semakin canggih ini, hampir semua kegiatan dapat dilakukan melalui handphone yang kita genggam sehari-hari, termasuk melakukan penilaian kepada siswa secara formal. Sudah saatnya institusi pendidikan berbenah untuk mengurangi penggunaan kertas dan beralih kepada mode online untuk setiap kegiatan pembelajaran. Aplikasi Pintar hadir untuk membantu guru mempermudah pelaksanaan penilaian. Hasil kerja siswa tersimpan di dalam data aplikasi dan dapat dicetak di akhir semester sebagai laporan untuk sekolah dan siswa.

Penilaian merupakan proses penting dalam pembelajaran peserta didik. Kegiatan ini hendaknya dilakukan secara sistematis, terencana baik dalam bentuk tes formatif maupun tes sumatif. lebih-lebih kita perlu memperbanyak porsi tes formatif sehingga penggunaan aplikasi pintar menjadi begitu relevan. Dengan demikian diharapkan penilaian menjadi proses yang mampu menggambarkan hasil belajar siswa dan guru dapat secara berkesinambungan meningkatkan kualitas mengajarnya. Di era teknologi yang serba canggih ini, hampir semua kegiatan dapat dilaksanakan secara online, terlebih di era new normal setelah pandemi. Pembelajaran yang terbiasa dilakukan secara tatap muka kini beralih ke pembelajaran online atau dalam jaringan (daring). Begitu pula dengan penilaian, guru dapat melaksanakan kegiatan ini secara daring melalui website maupun aplikasi. Saya perkenalkan aplikasi pintar yang akan membantu guru menyelenggarakan penilaian secara sistematis dan terencana. Siswa dapat mengakses soal dengan mudah dan mereka dapat melihat hasilnya di akhir.

Dengan adanya aplikasi Pintar, manfaat secara umum yang akan diperoleh yaitu pertama, membantu guru dalam melaksanakan proses penilaian kepada siswa. Kedua, menjangkau kegiatan penilaian dan lebih fleksibel. dan ketiga, melahirkan inovasi yang menarik. Dengan sistem ini proses penilaian pada pembelajaran jarak jauh akan lebih menarik dan menyenangkan. Bagi guru, aplikasi Pintar dapat digunakan sebagai: alat untuk melakukan proses penilaian alat pembuat soal ujian yang disertai batas waktu pengerjaan alat pencetak laporan nilai siswa (dapat berupa laporan individu maupun kolektif) Sementara bagi siswa, aplikasi Pintar digunakan sebagai: media untuk mengerjakan soal ujian secara online, media penyimpan skor ujian dan sebagai tempat melaksanakan ujian untuk semua pelajaran.

Aplikasi Pintar dapat dipasang di semua handphone berbasis android. Sementara guru memegang akun website sebagai tempat untuk mengelola aplikasi, termasuk di antaranya adalah membuat soal, membuat daftar kelas, menambah daftar mata pelajaran, mengelola siswa dan nilai yang masuk. Aplikasi Pintar merupakan alat yang mendukung proses penilaian siswa yang diakses secara elektronik di handphone masing-masing. Untuk guru, masing-masing akan mengelola isi dari aplikasi melalui website. Dengan demikian, setiap guru akan mendapatkan hak akses untuk: mengelola aplikasi di website dengan akun masing-masing membuat soal secara bebas melalui website dan akan diakses oleh siswa melalui aplikasi menambahkan siswa yang masuk mengelola nilai dari hasil siswa mengerjakan soal

Tahapan untuk mengakses Website aplikasi Pintar adalah sebagai berikut:

 1. Buka browser;

2. Ketikkan URL https://pintar.icebeem.com

3. Untuk pengguna baru, Anda diminta untuk membuat akun.

Namun sebelum membuat akun, Anda harus mendaftarkan nama sekolah terlebih dahulu. Seperti pada banyak aplikasi, siswa harus mengisi kolom Nama, Email, Nomor HP, Alamat dan memilih sekolah tempat ia belajar. Kemudian klik "Register" dan peserta didik sudah memiliki akun. Sebagai guru, Anda bisa meminta siswa untuk menuliskan nama lengkap sesuai format yang diinginkan agar data peserta dapat terlihat rapi.

Pembelajaran Berdiferensiasi Menggunakan Portal Rumah Belajar dan Mendiseminasikannnya

Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 36 Ayat 2 berbunyi “Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik”. Hal ini menegaskan bahwa sekolah memiliki kemandirian dan kesempatan untuk mengembangkan kurikulum operasional yang disesuaikan dengan potensi daerah dan peserta didik masing-masing. Kurikulum kemudian dapat diimplementasikan dalam bentuk suasana pembelajaran berdiferensiasi yang disesuaikan dengan keadaan, kemampuan, kemauan atau kesukaan, kebutuhan dan perbedaan setiap peserta didik. Fleksibilitas atau keluwesan, kemudahan dan kecepatan kurikulum dalam menyesuaikan diri memberikan peluang juga kepada peserta didik untuk dapat mengelola sendiri proses pembelajaran dan lingkungan belajarnya. Model kurikulum fleksibel dengan kemampuan beradaptasi dan kemudahan akses ini akan akan membentuk bangunan pribadi peserta didik yang memiliki pengetahuan dan keterampilan secara utuh. 

Video 2: Praktik Baik Pembelajaran Berdiferensiasi Berbasis TIK yang Memanfaatkan Rumah Belajar

Ketika peserta didik datang ke sekolah,mereka mempunyai beraneka ragam perbedaan baik secara kemampuan, pengalaman, bakat, minat, bahasa ibu, kebudayaan, latar belakang keluarga, sosial, ekonomi  dan cara belajar. Oleh karena itu, keanekaragaman layanan dari tinjauan perbedaan karakteristik peserta didik pun perlu diterapkan. Peserta didik perlu diberikan ruang untuk memberikan voice (suara), choice (pilihan) dan ownership (kepemilikan) untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab dalam pembelajaran mereka sendiri, misalnya, peserta didik diberikan keleluasaan mengerjakan tugas sesuai dengan minat dan pilihannya. Maka pendidik dapat mengimbanginya dengan memberikan layanan pembelajaran yang bervariasi kepada peserta didik disesuaikan dengan tingkat kesiapan belajar (teaching at the right level), minat, bakat dan gaya belajar peserta didik.

Salah satu contoh yang dapat dilakukan pendidik adalah menggunakan bahan atau perangkat ajar berbasis cetak seperti buku teks, modul ajar atau buku bacaan yang lebih bervariasi. Selain itu dalam pembelajaran berdiferensiasi pendidik juga dapat menggunakan bahan ajar bervariasi lain berbasis teknologi dari sumber belajar portal Rumah Belajar seperti siaran audio, televisi, film, edugame (game-based learning), digital video, multimedia interaktif, augmented reality, dan virtual reality atau berbasis praktik, proyek dan melibatkan interaksi manusia seperti alat peraga, lembar observasi, lembar wawancara dan gawai (telepon genggam). Pemilihan bahan ajar mengacu pada pendekatan individual yaitu personalized dan customized.

Pendekatan personal kepada setiap peserta didik juga dilakukan dengan memberikan materi yang esensial dengan capaian pembelajaran sebagai kompetensi yang utuh. Penguatan kompetensi meliputi pengetahuan (knowledge and concepts), keterampilan (mental skills and physical skills) dan karakter (attitude) yang diarahkan kepada pembentukan Profil Pelajar Pancasila. Sekolah tentu diberikan kemerdekaan memilih kurikulum yang digunakan apakah memilih kurikulum nasional, kurikulum dalam kondisi khusus atau kurikulum mandiri. Dalam Kurikulum Merdeka, visi yang dibangun adalah hasil dari pemikiran Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara yang menyatakan bahwa kemerdekaan adalah tujuan pendidikan. Memerdekakan pembelajaran akan menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan bagi pendidik dan peserta didik dan tidak lagi menjadi beban pembelajaran karena pendekatan rigid seperti standarisasi pun dirubah menjadi pendekatan heterogenitas. Memerdekakan pendekatan pedagogi yang diarahkan menjadi berpusat pada peserta didik (student-centered) atau personalisasi dan menghindari pendekatan pendagogi pukul rata (one size fits all) serta setiap pendidik dapat bebas berinovasi tanpa dibebani perangkat administrasi adalah bentuk upaya kita menuju kemerdekaan pendidikan.

Paradigma baru dalam pembelajaran yang memerdekakan pendidikan perlu dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan. Pembelajaran dengan paradigma baru ini kita sebut pembelajaran berdiferensiasi yang mensinergikan antara kurikulum, bentuk pembelajaran sampai pada asesmen. Penyelenggaraan pembelajaran berdiferensiasi dimulai dengan asesmen diagnostik untuk mengukur kesiapan belajar,minat dan cara belajar (profil belajar) peserta didik sebagai asesmen awal (pre-knowledge) sebelum memulai proses belajar yang dilakukan melalui tes tertulis, wawancara, survey, observasi dan atau tes minat dan bakat.  Tidak ada one-size-fits-all untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana peserta didik belajar atau bagaimana pendidik seharusnya mengajar karena peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda seperti visual, audio visual, kinestetik. Honey-Mumford model mengemukakan bahwa beberapa peserta didik memiliki gaya belajar learning by doing dan tidak menyukai belajar dari membaca atau mendengar yang disebut gaya belajar aktivis (activist). Namun beberapa peserta didik yang lain menyukai pencarian pada ide-ide baru (pragmatist), tidak menyukai subjektivitas (theoritist) dan stand-back sebelum melakukan observasi (reflector).

Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pendidik yaitu; pertama, memberikan layanan pembelajaran baik bersifat klasikal maupun individual untuk mengakomodasi peserta didik yang memiliki gaya belajar, keunikan, potensi dan motivasinya yang beraneka ragam. Kedua, memberikan layanan pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman langsung peserta didik (direct experiences) sebagai kunci dalam melaksanakan pembelajaran. Pemberian tugas-tugas otentik yang mengaitkan pengalaman pribadi peserta didik baik dari dalam sekolah maupun di luar sekolah (situated learning) akan menarik perhatian dan minat peserta didik sehingga mereka akan merasa terhubung lebih dalam secara fisik, kognitif dan emosional terhadap proses pembelajaran serta rasa keterlibatan atau kepemilikan (ownership) terhadap proses pembelajaran juga akan semakin baik. Kemudian yang ketiga, mendorong proses metakognisi atau kesadaran dan keyakinan peserta didik terhadap proses berpikir mereka sendiri sehingga dapat menghubungkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang telah mereka miliki sebelumnya untuk menghasilkan sesuatu baik pengetahuan atau produk baru karena sifat pengetahuan terus berkembang dan berubah. Terakhir yang keempat, memberikan dukungan (scaffolding) kepada peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangan, pengalaman dan pengetahuan peserta didik   serta mendorong peserta didik dapat melaksanakan belajar mandiri dan berkolaborasi dalam upaya problem-solving namun tetap di bawah bimbingan pendidik.  Menurut teori Vigotsky tentang Zone of Proximal Development (ZPD), peserta didik akan lebih optimal dalam belajar melalui proses kolaborasi dibawah bimbingan orang dewasa. Disinilah kemudian peran Rumah Belajar begitu signifikan dalam penyelenggaraan pembelajaran yang menarik, relevan dan menantang. 

Berbagi dan Berkolaborasi

Bagi saya dengan berkolaborasi dan berbagi kita akan semakin kuat dan membawa dampak positif yang lebih besar. Saya juga melakukan kolaborasi dengan media baik online:  Merdeka Belajar dalam Rumah Belajar maupun cetak agar semakin besar peluang saya dapat berbagi sebanyak-banyaknya tentang kebermanfaatan Rumah Belajar bagi masyarakat luas. Sebagai pendamping dan fasilitator Calon Guru Penggerak (CGP), saya juga sangat antusias karena memiliki kesempatan yang luas untuk mengenalkan Rumah Belajar kepada para CGP.

Foto 5: Sosialisasi Pedagogi Siber sebagai Bentuk Pembelajaran Berbasis TIK 

Foto 6: Mengenalkan YouTube Rumah Belajar dan YouTube TV Edukasi


Foto 7: Berbagi tentang Kebermanfaatan Rumah Belajar melalui Media Cetak

Semoga visi pendidikan nasional yaitu generasi emas di tahun 2045 dapat terwujud dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran individual yang dapat menjangkau semua peserta didik serta memberikan keleluasaan semua peserta didik menjadi tutor sebaya baik di kelompok besar, kelompok kecil atau mandiri dalam belajar. Sejatinya kelas berdiferensiasi sangat menghargai kecerdasan majemuk sebagaimana dikemukaan oleh Howard Garner tentang multiple intellegencies sehingga penugasan multi opsi perlu sering diterapkan. Pendidik perlu menyadari bahwa di sekolah mereka bisa jadi terdapat peserta didik yang memiliki hambatan sosial-ekonomi, hambatan penglihatan, hambatan pendengaran, hambatan intelektual, kelainan kecerdasan, hambatan fisik, hambatan perilaku, hambatan emosi, kesulitan belajar spesifik atau hambatan belajar lainnnya. Pendidikan mesti untuk semua. Bersama Rumah Belajar upaya mewujudkan pendidikan untuk semua juga akan semakin optimal. Satu yang menjadi komitmen bahwa  kegiatan berbagi dan berkolaborasi tentang pemanfaatan TIK dan pemanfaatan Rumah Belajar akan terus saya lakukan meskipun tidak lagi berada di Level4 PembaTIK karena bagi saya yakin dan percaya kegiatan berbagi dan berkolaborasi akan memberdayakan dan memperkuat kita semua. Hal ini juga berlaku saat saya tidak berada di Level 4 PembaTIK pada tahun-tahun sebelumnya, semangat berbagi dan berkolaborasi telah saya laksanakan dan   telah  menyala. 

Foto 8: Semangat Calon Guru Penggerak (CGP) Menyambut Rumah Belajar 


0 comments: