(Tinjauan
Analitis-Solutif Peran Pembuat Kebijakan dalam Membantu Keluarga Menengah ke
Bawah Indonesia Memiliki Rumah Pertama)
Oleh:
YOGYANTORO
Foto: Kementerian PUPR
Indonesia
menggeliat. Contoh kasus dari pembangunan infrastruktur termasuk properti
residensial atau perumahan begitu masif di seluruh Nusantara. Kebutuhan rumah
baru mencapai 800.000 unit per tahun, sementara itu kapasitas yang dimiliki
pengembang (developer) hanya berkisar
250.000 – 400.000 unit per tahun. Berdasarkan Susenas Maret 2015, masih
terdapat sekitar 11,38 juta kepala keluarga yang belum memiliki rumah. Hal ini
menunjukkan adanya peluang bisnis perumahan yang terbuka lebar.
Foto: Dokumen pribadi
Menurut
Survei Harga Properti Residensial Pasar Primer BI, saat ini hampir 75 % konsumen
memanfaatkan fasilitas KPR (Kredit Pemilikan Rumah) sebagai sumber pembelian properti
dan hanya 17,62 % yang melalui jalur tunai bertahap sedangkan sisanya dengan
pembelian secara tunai. Pengembang lebih banyak mengandalkan dana internal
perusahaan yang mencapai 56 % untuk pembangunan properti residensial yang
mayoritas berasal dari modal yang disetor. Pinjaman bank yang dilakukan oleh
pengembang berkisar 23 % dan dana yang berasal dari nasabah sekitar 5,68 %
sisanya merupakan pinjaman LKNB (Lembaga Keuangan Non Bank) dan lainnya.
Namun
kita tidak bisa menutup mata adanya rantai persoalan perumahan nasional yang
belum menemukan titik temu. Lahan untuk perumahan nasional dengan lokasi yang
baik tidak banyak tersedia. Masalah harga juga masih menjadi benang kusut yang
belum terurai mengingat biaya perijinan yang melangit, bahan bangunan yang
dijual dengan harga komersial serta berbeda-beda di tiap daerah ditambah urusan
birokrasi yang relatif panjang. Belum lagi mayoritas pembiayaan lebih fokus
pada KPR kelas menengah atas. Bagaimana dengan kelompok masyarakat kelas menengah
ke bawah yang memiliki mimpi memiliki rumah?
Foto: Dokumen pribadi
Memang
pada masyarakat kelas menengah ke bawah terutama yang tergabung dalam kelompok
“nyaris miskin” terjadi penurunan daya beli seiring dengan turunnya penghasilan
riil mereka. Yang muncul kemudian adalah bayang-bayang kesenjangan yang memperlihatkan
kondisi memburuk. Laporan terbaru dari Credit
Suisse menampakan 1 % orang terkaya di dunia kini menguasai lebih dari
setengah kekayaan global. Sedangkan di Indonesia sebanyak 49 % dari total
kekayaan Indonesia dikuasai oleh 1 % warga terkaya dan 51 % sisanya
diperebutkan oleh 99% penduduk.
Lembaga
Oxfam juga menyebutkan bahwa harta total 4 orang terkaya di Indonesia, yang
tercatat sebesar 25 miliar dolar AS, setara dengan gabungan kekayaan 100 juta
orang termiskin. Hal ini juga terhubung langsung dengan penyembunyian harta di
negara surga pajak dengan lonjakan harta para miliarder. Elias dan Turpin (1994, p.5) menulis, “ the presence of social injustice… and
structural violence (in the form of) economic deprivation, social neglect, and
racial or class injustices… provides not only the immediate violence of
repression and oppression bur also the breeding grounds for the development of
war or other direct violence such as crime”. Menyikapi masalah kesenjangan
ekonomi yang berpotensi pada tindakan kriminal atau masalah keamanan atau
ketidakadilan kelas dalam polemik perekonomian, para ekonom pada dekade-dekade
sebelumnya cenderung menggunakan pendekatan dengan menggenjot pertumbuhan
ekonomi karena keadilan akan tercapai sebagai konsekuensi logis dari
pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Seiring dengan dengan pertumbuhan ekonomi
suatu negara maka kekayaan akan mengalir pada keluarga-keluarga berpenghasilan
menengah ke bawah melalui mekanisme laissez-faire
yaitu mengurangi campur tangan pemerintah dan menyerahkan segala kegiatan
ekonomi yang lebih bebas pada pasar.
Ini
artinya para pembuat kebijakan hanya perlu berfokus pada penguatan
produktivitas, surplus perdagangan dan penyediaan lapangan pekerjaan untuk
mendorong pertumbuhan. Kabar gembiranya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia
menunjukkan tren yang meningkat setelah mencapai level terendah pada 2015, yang
didorong oleh investasi dan ekspor, serta konsumsi yang stabil. Investasi
diprediksi tetap tinggi terutama dukungan dari investasi proyek infrastuktur
dan bangunan swasta. Dari segi ekspor dan impor juga tetap tumbuh. Perbaikan
ekonomi global menumbuhkan ekspor manufaktur meskipun terjadi penurunan ekspor
komoditas, khususnya CPO. Kuatnya permintaan domestik mendorong pertumbuhan
impor, khususnya barang modal dan bahan baku. Praktis, sumber pertumbuhan
global bergeser ke negara berkembang seperti Indonesia karena negara maju
mengalami sedikit perlambatan.
Jika
dilihat secara sektoral, industri yang tumbuh tinggi memiliki penyerapan tenaga
kerja yang minim dan inilah yang berpengaruh pada daya beli masyarakat terutama
kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah. Oleh karena itu secara sektoral,
sektor-sektor yang memiliki daya serap tenaga kerja yang besar seperti sektor perumahan
harus di-trigger untuk menghasilkan
pertumbuhan yang lebih tinggi. Sektor perumahan atau properti akan membawa
dampak positif yang signifikan dalam upaya membangkitkan perekonomian.
Foto: Dokumen pribadi
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia khususnya dan kawasan pada umumnya, menunjukkan kondisi yang
stabil. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga tetap terjaga soliditasnya
karena adanya perbaikan pendapatan dan inflasi yang terkendali. Konsumsi rumah
tangga yang terjaga yang ditopang oleh investasi yang tetap kuat berhasil
menjadi udara segar bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Maka tidak heran apabila
Indonesia kini mampu menjadi salah satu kekuatan ekonomi global dan mendapat
anugerah berupa kesempatan untuk menunjukkan kepemimpinan dan kapabilitasnya
dengan menjadi tuan rumah Asian Games 2018 yang sekaligus menjadi ajang
pertaruhan nama baik Indonesia. Asian Games 2018 mempertandingkan 40 cabang
olahraga yang diselenggarakan di Palembang dan Jakarta. Benar-benar menjadi
daya tarik baru mengingat sepanjang tahun penyelenggaraannya, baru Asian Games
2018 yang penyelenggaraannya berada di 2 kota secara bersamaan.
Krisis
Asia tahun 1998 dan krisis keuangan global tahun 2009 yang terlewati dengan
baik sebetulnya telah menunjukkan pada
dunia bahwa Indonesia telah berhasil melakukan reformasi dalam membangun
kekuatan yang berkelanjutan dan daya tahan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia (inclusive growth) bukan
saja stabil dan kokoh melawan badai tetapi juga merata. Menyaksikan euforia
perekonomian Indonesia yang begitu reformed,
resilient, dan progressive yang mendapat dukungan dari sarana infrastruktur serta
fasilitas yang memadai, dinamika politik yang stabil terkait pemilihan presiden
2019 dan kondisi keamanan yang kondusif maka tidak begitu mengejutkan jika
Indonesia juga berhasil terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan
keuangan terbesar di dunia, IMF-World Bank Annual Meetings (AM) 2018 yang bertempat di Nusa Dua, Bali, pada
12 – 14 Oktober 2018.
Menyambut
tamu yang berjumlah 15.000 orang dari berbagai belahan dunia yang terdiri dari
para pejabat pembuat kebijakan dari berbagai negara, Menteri Keuangan dan
Gubernur Bank Sentral dari 189 negara anggota IMF, ekonom dan akademisi,
pimpinan perusahaan dan investor terkemuka, think
tank, partisipan dari industri kekuangan, anggota parlemen, perwakilan LSM, media, delegasi
pertemuan dan partisipan lainnya adalah kesempatan emas untuk mengasah leadership Indonesia sebagai
penyelenggara international event dalam
membahas isu-isu global sekaligus
menjadi ajang untuk menunjukkan persepsi positif tentang Indonesia sebagai
sebuah negara yang besar.
Foto: Dokumen pribadi
Akhirnya,
menggali lagi sejarah besar Indonesia yang telah berhasil mendatangkan dunia ke
Indonesia dengan menjadi penyelenggara KAA 1955, tuan rumah Asian Games ke-4
pada tahun 1962 di Jakarta dan berkaca pada gegap gempita Indonesia yang berhasil
menjadi tuan rumah Asian Games 2018 dan AM 2018 maka harapan Indonesia mampu
menjadi tuan rumah Piala Dunia tidaklah terlalu utopis. Sebagaimana
keluarga-keluarga baru Indonesia agar tetap optimis bahwa di tengah badai krisis
multisektor akibat pandemi Covid-19 mimpi memiliki rumah pertama akan menjadi
nyata dan siap menjadi penjamu tamu yang baik. Selamat Hari Perumahan Nasional
2020. Semoga iklim properti semakin produktif dan percepatan pembangunan
Program Sejuta Rumah dapat sukses memenuhi hak rakyat akan rumah layak.
0 comments: